Sabtu, 10 Mei 2014

Pemabuk yang mencintai Allah




Pernahkah anda mendengar nama ABU MIHJAN ATS-TSAQAFY ? Nama aslinya ialah 'Amr bin Habib Ats-Tsaqafi radhiallahu 'anhu, dia termasuk salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Abu Mihjan terkenal sebagai penyair & penunggang kuda yang gagah berani, dia masuk islam pada tahun 9 H.
Abu Mihjan dikenal sebagai pecandu khamr, sebanyak tujuh kali dia pernah menjalani hukum cambuk.
Pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin Khaththab, Abu Mihjan belum juga jera dari kecanduannya kepada minuman keras tersebut, maka Khalifah 'Umar mengasingkan Abu Mihjan ke sebuah pulau di tengah lautan.
Namun Abu Mihjan melarikan diri dari pulau itu, kemudian Abu Mihjan bertemu dengan pasukan mujahidin yang dipimpin oleh panglima Sa'd bin Abi Waqqash di Al-Qadisiyah yang sedang berjihad melawan pasukan Persia.
Panglima Sa'd mengirim utusan untuk melapor pada Khalifah 'Umar, lalu Khalifah 'Umar memerintahkan agar Abu Mihjan dipenjara. Maka Sa'd memenjarakan Abu Mihjan di Al-Qadisiyah.
Suatu hari peperangan memuncak, Abu Mihjan mendengar kabar tentang peperangan tersebut, lalu ketika itu, Salma –istri Panglima Sa'd- lewat di depan penjara, maka Abu Mihjan meminta Salma untuk melepaskannya serta membiarkannya berjihad, tentu saja Salma tidak mau meluluskan permintaannya.
Tak kehilangan akal, Abu Mihjan bersyair di depan Salma, dalam syairnya dia berkata: "Aku adalah orang yang jauh dari sanak keluarga, aku tidak butuh melarikan diri, biarkanlah aku berjihad, jika aku mati maka kalian akan tenang karena aku tidak merepotkan kalian lagi, namun jika aku selamat, maka aku akan kembali lagi ke penjara ini".
Akhirnya Salma merasa iba kepada Abu Mihjan, Salma melepaskan ikatannya, mengeluarkannya dari penjara, serta meminjamkan kuda & pedang milik Sa'd suaminya, pada waktu itu Sa'd tak mampu pergi ke medan perang karena luka-luka parah yang dideritanya.
Maka pergilah Abu Mihjan ke medan perang, tak ada seorang musuhpun kecuali dia tebas, dia berperang dengan gagah berani & semangat berkobar.
Panglima Sa'd memperhatikan peperangan dari atas menara, dia melihat seorang mujahid yang sangat gagah berani membabat musuh, lalu dia berkata: "Seandainya Abu Mihjan tidak di penjara serta kudaku tidak diikat, niscaya akan kukatakan bahwa itu adalah Abu Mihjan yang menunggangi kudaku."
Perang tersebut dimenangkan oleh kaum muslimin, Abu Mihjan selamat, dia menepati janjinya, mengembalikan kuda & pedang serta kembali ke penjara untuk diikat & dikurung.
Salma menceritakan kejadian sesungguhnya kepada Sa'd suaminya, Sa'd sangat takjub dengan apa yang dilakukan oleh Abu Mihjan, lalu Sa'd menemui Abu Mihjan dan berkata: "Demi Allah, setelah hari ini, aku tak akan mencambukmu lagi jika engkau meminum khamr!".
Abu Mihjan berkata: "Demi Allah, setelah hari ini aku tidak akan minum khamr lagi, aku meninggalkan khamr bukan karena takut cambukan."
(selesai)
***
Saudaraku …
Lihatlah bagaimana rasa cinta kepada Allah memancar dari hati Abu Mihjan …
Kecintaannya kepada Allah telah mengalahkan segalanya: dia pergi berjihad, rela gugur di jalan Allah, atau selamat dengan kembali ke penjara …
Bukan hanya itu, kecintaannya kepada Allah telah mendorongnya untuk meninggalkan minum khamr, padahal dia adalah seorang pecandu …
Ternyata … cinta kepada Allah telah mengalahkan segalanya …
Bagaimana dengan kita, saudaraku?
Sudahkah kita mencintai Allah dengan sebenar-benarnya?
***
ADAPUN FAIDAH YANG DAPAT DIPETIK DARI KISAH ABU MIHJAN :
1. Allah maha pengampun & menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat, serta memudahkan bagi mereka jalan kebaikan.
2. Definisi "Shahabat Rasul" shallallahu 'alaihi wa sallam adalah: "Orang yang berjumpa dengan beliau semasa hidupnya –walaupun hanya sebentar-, dan beriman kepada beliau.
- Abu Mihjan adalah seorang shahabat, walaupun dia berbuat maksiat, karena setiap manusia pasti punya kesalahan.
- Adapun orang yang berjumpa beliau tapi tidak beriman kepada beliau, dia tidak dinamakan dengan "Shahabat beliau", seperti Abu Jahal misalnya, atau seperti Abdullah bin Ubay bin Salul gembongnya kaum munafiq, mereka bukan shahabat.
3. Keimanan "Shahabat Rasul" shallallahu 'alaihi wa sallam berbeda-beda & bertingkat-tingkat, tidak sama antara keimanan Abu Bakr dengan keimanan Abu Mihjan.
4. Ahli bid'ah lebih disukai oleh setan daripada Ahli maksiat, karena Ahli maksiat sadar apa yang dilakukannya adalah salah, sementara Ahli bid'ah tidak pernah merasa salah, bahkan selalu memandang baik apa yang diperbuatnya dengan alas an "bid'ah hasanah".
5. Kecintaan Abu Mihjan kepada Allah, walaupun keadaannya terikat & dikurung di dalam penjara, namun tidak menyurutkan semangatnya untuk berjihad yang merupakan ibadah agung.
6. Abu Mihjan tidak berputus asa dari rahmat Allah, walaupun dia sadari bahwa dia bermaksiat kepada Allah dengan minum khamr, tapi tidak menghalanginya untuk berharap kasih sayang Allah, bahkan dia berharap untuk mati syahid.
7. Tajamnya pandangan Sa'd bin Abi Waqqash yang melihat betapa besarnya kecintaan Abu Mihjan kepada Allah, sehingga dia bersumpah tak akan lagi mencambuk Abu Mihjan walaupun minum khamr, hal itu terbukti dengan ucapan Abu Mihjan yang bersumpah tak akan lagi minum khamr, dia melakukannya bukan karena takut dicambuk. Itupun dia buktikan dengan perbuatannya yang sejak saat itu tak pernah lagi minum khamr.
8. Kecerdasan Salma -istri Sa'd bin Abi Waqqash- yang dapat bertindak tepat pada waktu yang tepat, dan perbuatannya sama sekali bukan merupakan pengkhianatan, namun hasil dari ijtihadnya pada waktu itu yang melihat kesungguhan Abu Mihjan untuk berjihad.
9. Ada yang ingin menambahkan faidah lain yang dapat dipetik dari kisah ini?
***
Referensi:
(1) "Usud Al-Ghaabah fi Ma'rifati Ash-Shahaabah" 5/276-278 ;
(2) "Al-Ishaabah fi Tamyiiz Ash-Shahaabah" 7/298-303 ;
(3) "Taarikh Al-Islaam" 3/300-302 ;
(4) Ath-Thabaqaat Al-Kubraa" 6/52 ;
(5) "Al-Istii'aab fi Ma'rifati Al-Ashhaab" 4/1746-1751 ;
(6) "Al-A'laam" 5/76-77 .
***